Cakrawala dunia, Menginspirasi, dan Menarik

Selasa, 27 Agustus 2013

Melukis Sejarah

Bagaimanapun juga sejarah pasti akan mencatat setiap peristiwa; tertulis maupun tidak. Setiap orang yang melihat akan memberi persaksian kepada generasi selanjutnya tentang apa ia saksikan pada zamannya; peristiwa, tokoh, kepahlawanan, keadilan, kecerdasan, kebodohan, keberanian, kepengecutan dan lain sebagainya. Catatan sejarah anak manusia tidak akan pernah sepi dari berbagai kejadian dan kumpulan cerita kehidupan.


Hingga kini, tercatat beberapa nama yang menjadi simbol dari sebuah karakter. Misalnya,dalam kepemimpinan; Nabi Muhammad, dalam keadilan; Umar Bin Khatab, dalam kelembutan; Ahnaf, dalam keberanian; Antarah, dalam kecerdasan; Iyas bin Muawiyah, dalam kedunguan; Habannaqah, dalam syi’ir; Al-Mutanabbi, dalam kebagusan; Nabi Yusuf, dalam kesabaran; Nabi Ayyub, dalam kebohongan; Musailamah, dalam kemunafikan; Abdullah Ibnu Ubay, dalam hikmah dan kebijaksanaan; Luqman, dalam hadits; Al-Bukhari, dan dalam Tasawuf; Al-Junaid.

Di saat hidupnya, mungkin mereka tidak pernah mengira bahwa sosoknya akan dijadikan simbol sebuah sifat tertentu. Mereka menjalani hidup sesuai alur pikiran masing-masing. Tidak ada niat untuk dijadikan orang yang “ter..”. oleh orang-orang sesudahnya. Tapi kemudian sejarahlah yang mengabadikan namanya.

Kita semua pasti akan menjadi bagian sejarah di masa depan. Saat generasi telah berganti; saat jatah hidup dimakan usia, saat umur berlalu mengiringi waktu, saat jarak terpaut begitu jauh dengan masa kehidupan kita saat ini. Saat itulah generasi baru akan bercerita tentang kakeknya, pamannya, bapaknya atau seseorang (yang mungkin itu saya atau anda) yang pernah diceritakan orang kepadanya.

“Dan begitulah masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)” (Q.S. Ali Imran: 140)

Adalah hal yang tidak mungkin mengubah catatan sejarah yang telah tertulis dan diabadikan oleh zaman. Yang bisa dilakukan adalah merancang sejarah diri sebaiknya-baiknya. Apa yang kita inginkan menjadi citra diri masa mendatang bisa dituliskan sejak saat ini.

Saya teringat sebuah nasehat; ”ukirlah kenangan, lukislah sejarah, dan jalanilah hidup dengan carta terbaik. Bagaimana engkau menjalani hidup, begitu pulalah kesan orang-orang disaat kematianmu”

Wasalamualaikum

***

Dari: Umarulfaruq Abubakar
Share:

Minggu, 25 Agustus 2013

Cukuplah Hanya Allah




Cukuplah Hanya Allah

Penulis : Emilia Febru Handini

Sesuatu yang menurut kita baik untuk diri kita, kadang tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Karena belum tentu menurut pandangan ALLAH sesuatu yang disukai itu membawa kita pada kebaikan untuk diri kita atau pun lingkungan sekitar kita, dan belum tentu pula bisa menghantarkan kedekatan dengan ALLAH Ta’ala.


Sesuatu yang kita hindari atau yang tidak kita harapkan terjadi dalam kehidupan kita, belum tentu tidak baik untuk masa depan kita menurut kacamata ALLAH. Mungkin saja di balik ketidaksukaan atau ketidaknyamanan yang kita rasakan itu, ALLAH memberikan petunjuk kepada kita untuk melangkahkan kaki menuju fase hidup selanjutnya. Di balik kejadian yang tidak sesuai dengan harapan, ALLAH menuntun kita agar kita tak bingung dalam menentukan arah. Agar kita terselamatkan dari segala macam keburukan atau malapetaka.

Sepertinya tidak terima. Sepertinya sulit untuk bisa mengikhlaskan hati. Sepertinya berat untuk menjalaninya. Seperti hampir tak menemukan pintu tanpa kunci. Tapi, semua kepahitan, kegetiran, dan keberatan itu hanya untuk sementara. Sampai kapan? Tak kan bisa terjawab, karena hanya Dia yang berhak mengatur diri kita. Hanya Dia yang berhak menentukan apa yang terbaik buat diri kita.


Hari esok tak kan pernah ada yang tahu. Esok hanyalah milikNya. Jangan ciptakan harapan muluk-muluk, sebab biasanya tak kan terjadi, atau mungkin tidak terjadi. Tak usah pikirkan kebahagiaan diri, karena kebahagiaan tidak pernah berlabuh pada suatu titik, malah akan terus berlanjut seiring dengan kepahitan hidup yang harus kita lalui. Jalan tak bisa selamanya lurus. Kadang ada tikungan tajam yang harus kita lewati dengan penuh kehati-hatian, kadang jalan itu riskan penuh dengan bebatuan yang terjal, kadang banyak sekali belokan yang membuat diri bisa tersesat kehilangan arah.


Sekarang mungkin kita sedang berada di jalan yang penuh dengan belokan yang membingungkan. Menuntut diri untuk membuat suatu keputusan dalam memilih belokan yang tepat. Harus ke mana melangkah? Belokan manakah yang akan menyelamatkan diri kita? Apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Akankah Tuhan terangi sinarNya?


“… Dan hati kan menjadi tentram manakala kau pasrahkan semua hanya kepadaNya…” Ketika kebimbangan itu menyentuh nurani, ingatlah padaNya. Ketika merasa seperti tak ada pilihan arah tuk berjalan, tetapkan hati hanya kepadaNya. Ketika kebahagiaan sepertinya sangat jauh terjangkau, syukuri banyak nikmatNya. Ketika harapan seakan memudar, jangan pernah putus asa dari rahmatNya.


***


KotaSantri.com
Share:

Kamis, 22 Agustus 2013

Kerja Keras

“Maka apabila shalat telah selesai ditunaikan, bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia (rezeki) Allah dan ingatlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS Aljumu’ah [62]: 10)

Ayat di atas menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk mencari rezeki demi kelangsungan hidup di muka bumi ini. Rezeki, meski sudah diatur-Nya, tidak akan datang sendiri menghampiri kita tanpa ada usaha untuk memperolehnya. Perintah bertebaran di muka bumi untuk mencari rezeki mengandaikan sebuah usaha maksimal, kerja keras disertai ketekunan dan sikap tawakal kepada Allah SWT.

Islam sangat menjunjung tinggi etos kerja. Bahkan dalam salah satu sabdanya Rasulullah SAW pernah menegaskan, “Sesungguhnya, bekerja mencari rezeki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah-ibadah fardhu.” (HR Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Jika kerja keras mencari rezeki merupakan kewajiban seorang Muslim setelah ibadah fardhu, masihkah kita merasa menjadi Muslim yang baik, ketika dalam jiwa kita masih tersimpan sikap malas dan tidak mau berusaha?

Selayaknya, ketika ibadah fardhu telah ditunaikan, kita tempa diri kita dengan cucuran keringat karena bekerja keras. Hanya dengan cara inilah, kita bisa bangga dan menunjukkan kalau kita benar-benar seorang Muslim sejati. Seorang Muslim yang sanggup menghadapi hidup dengan penuh semangat juang yang tinggi, meyakini rezeki Allah sangat berlimpah dan disediakan bagi siapa saja yang mau berusaha menggapainya dengan bimbingan-Nya.

Kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain menunjukkan jiwa serta kepribadian seorang Muslim, juga merupakan salah satu cara untuk menghapus dosa-dosa kita. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan karena kedua tangannya bekerja pada siang hari, maka pada malam harinya ia diampuni Allah.” (HR Ahmad)

Dengan demikian jelaslah bahwa tidak ada ruang bagi sikap malas dalam ajaran Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja keras, mencari karunia Allah di muka bumi ini dengan sikap gagah, sabar, dan pantang menyerah. Di sinilah letak ‘izzah–kehormatan, harga diri, sekaligus jati diri–seorang Muslim.

Sebaliknya, sikap berpangku tangan, selalu mengharapkan bantuan orang lain, pasrah terhadap keadaan, tidak berusaha mengubah ke arah yang lebih baik menunjukkan kerendahdirian serta kehinaan seseorang. Wallahu a’lam bish-shawab.

***

(Didi Junaedi HZ )

republika.co.id
Share:

Kamis, 15 Agustus 2013

Download Impossible Bird_Here I am

    Ini dia lagu dari Impossible bird yang berjudul Here I am. Bagi anda yang ingin memiliki lagunya silahkan download disini.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.